Fahrul Rizal
Mahasiswa Jurusan Tafsir Hadits
Universitas Islam Sunan Gunung Djati Bandung
Universitas Islam Sunan Gunung Djati Bandung
A.
LATAR BELAKANG
Setiap manusia tidak lepas dari aktifitas-aktifitas dengan berbagai
tujuan yang diinginkannya. Dan manusia sering menyandingkan antara perjuangan
dan do’a. Do’a yang sering dipanjatkan ketika sudah mendapatkan ataupun belum
adalah meminta keberkahannya.
Berkah memang sering disebut-sebut dan disandingkan dengan segala
hal. Contoh, ketika seseorang yang menikah, tamu yang hadirpun memberi do’a
برك الله لكما و
برك عليكما .
Didalam sholat disebutkan keberkahan bagi nabi Muhammad, Ibrahim
dan keluarga keduanya. Ketika akan memulai suatu pembicaraan di hadapan orang
memulai salam yang diakhir kalimatnya terdapat kata barakat. Didalam doa
makan juga terdapat kata berkah. Berkah dalam umur, harta, rezeki, keturunan dan
masih banyak lagi kata berkah sering digunakan pada setiap hal.
Keberkahan memang menjadi suatu fenomena yang sangat menarik,
dimana banyak orang-orang yang sering mengatakannya seolah-olah seperti
membalikkan telapak tangan. Namun, apakah arti berkah itu mudah dipahami,
sebagaimana mengatakannya?. Sangat terlalu mudah setiap orang mengatakan berkah
tanpa mengetahui arti setiap keberkahan yang mereka kaitkan terhadap setiap
hal.
Kemudian apa yang disebut berkah itu sendiri? sehingga orang-orang
sangat sering dan mudah menyebutkannya. Bagaimana bentuk keberkahan tersebut?
Karena bagaimanapun ketika dikaitkan dengan berbagai hal, maka setiap
keberkahanpun akan ada perbedaan satu sama lainnya.
Oleh karena itu, sekiranya sangat menarik untuk mengetahui lebih
jauh mengenai berkah. Dan didalam tulisan ini akan dibahas mengenai berkah
dalam al-Quran.
B.
DEFINISI
Secara etimologi, kata barakat adalah
bentuk jamak dari kata barkah, mashdar (infinitif) dari kata baraka-yabriku-barkan-barakatan.
Di dalam al-Quran kata barakat dan kata-kata yang seakar ddengannya terulang
sebanyak 32 kali.
Secara bahasa kata barkah berarti:
a.
An-nama’ waz
ziyadah (النّماء والزّيادة= tumbuh dan bertambah),
seperti: baraktu ‘alaihi tabrikan (برّكت عليه تبريكا= saya ucapkan semoga
(Allah) memberinya tambahan (berkah)).
b.
Tetapnya
sesuatu, kemudian ia bercabang, dan satu sama lain berdekatan.
c.
Sebagaimana
diartikan oleh al-Asfahani dan Ibnu Faris, arti asalnya ‘dada atau punggung
unta yang menonjol’. Ini ada kaitannya dengan arti ‘tumbuh dan bertambah’,
sebab salah satu dari anggota tubuh unta itu menonjol dari tubuhnya yang lain.
d.
Menurut Ibnu
Faris berarti tahmid wa tajlil (تحميد و تجليل) artinya pujian dan keagungan atau maha banyak
kebajikan yang dianugerahkan-Nya.
e.
Diberikannya
kelebihan dan keistimewaan.
Di dalam al-Quran, banyak terdapat
kata barakat dengan dikaitkan dengan berbagai hal baik itu berupa
keagungan, keistimewaan, kasih sayang Allah, kebahagiaan yang dirasakan oleh
manusia.
Menurut Ath-Thabathaba’i, al-khairul
ilahiyy (الخير
الإلهيّ= kebaikan yang bersumber dari Allah) itu
muncul tanpa diduga, la yuhtasib (لا يحتسب) dan tak terhitung pada
semua segi kehidupan, baik yang bersifat materi maupun yang nonmateri.
Keberkatan yang bersifat materi itupun nanti akan bermuara juga kepada keberkatan
nonmateri dan kehidupan akhirat.
Dengan demikian secara terminologi, barakat
(berkah) adalah suatu rahmat Tuhan yang istimewa yang dianugerahkan Allah
kepada makhluk-Nya atas dasar kasih sayang Allah dengan
memberikan berbagai kenikmatan baik berupa materi maupun non materi sebagai
bentuk timbal balik dari ketaatannya kepada Allah SWT.
Tetapi untuk mendapatkan keberkahan
dari rahmat-Nya harus diringi dengan ketaatan kepada Allah SWT. Apabila
kenikmatan yang didapatkan oleh selain muslim, itu merupakan bentuk kasih
sayang Allah terhadap makhluk-Nya. Dan kenikmatann itupun bukanlah suatu
keberkahan melainkan istidraj (kenikmatan
yang diberikan kepadanya, agar tetap merasa nyaman dengan keingkarannya).
Keberkahan
yang dimaksud adalah suatu kenikmatan yang tidak akan dirasakan oleh siapa pun
kecuali oleh orang yang berada dalam ketaatan kepada Allah. Adapun karunia yang
dirasakan oleh yang bermaksiat kepada Allah, hal itu bukanlah suatu keberkahan
melainkan istidraj. Bagaimanapun juga keberkahan harus dihiasi dengan
hal-hal yang baik, seperti karunia Allah berupa pemberian hujan yang menyirami
suatu daerah, jika diikelola dengan baik maka akan menghasilkan berbagai
produksi pangan. Sebaliknya apabila pengelolaannya buruk maka akan menimbulkan
berbagai kerusakan seperti banjir, global warming dan tanah longsor.
Selain itu, ketika mengagungkan sesuatu sebagai suatu penghormatan.
Oleh
karena itu, untuk mendapatkan keberkahan
dari setiap karunia Allah adalah dengan menghiasi setiap karunia Allah itu
dengan kebaikan sebagai bentuk hadiah istimewa dari Allah SWT. Sehingga akan
memberikan ketenangan hati dalam menghadapi dan menjalani hidup. Dan dampak
yang lebih besar adalah dengan ketenangan hatinya, setiap orang akan menjadi
lebih bisa mengontrol setiap tindakannya, sehingga aktifitasnyapun akan
terrarah kepada hal-hal yang baik.
Kenapa
berkah dihubungkan dengan hal-hal di atas?
Keberkahan
merupakan rahmat yang istimewa yang dianugerahkan kepada makhluk-Nya atas dasar
kasih sayang Allah dengan memberikan berbagai kenikmatan baik berupa materi
maupun non materi sebagai bentuk timbal balik dari ketaatannya kepada Allah
SWT.
C.
Ayat
a.
بارك: QS. Al-Fushshilat: 10
وَجَعَلَ فِيهَا
رَوَاسِيَ مِن فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي
أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِّلسَّائِلِينَ
Artinya: Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di
atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertanya. (QS. Al-Fushshilat: 10).
No.
|
Objek
|
Istilah
|
Referensial
|
Makna Operasional
|
1.[1]
|
Gunung, tanah, manusia dan fauna
|
Baaroka
|
Tanaman, air
|
Bertambah
dan berkembangnya rahmat Allah yang bermanfaat bagi seluruh makhluk
|
Keberkahan yang dilimpahkan oleh Allah SWT bagi seluruh mahluk
melalui penciptaan gunung-gunung, tanah, manusia dan fauna yang beraneka ragam
dengan beraneka ragam manfaat yang terkandung di dalamnya.
Kebermanfaatan ciptaan Allah tersebut dapat bertambah ketika
pengolahannya dilakukan secara benar. Ketika tanah dimanfaatkan untuk bercocok
tanam maka akan menghasilkan bermacam-macam tanaman baik itu sayuran,
buah-buahan maupun pepohonan hijau yang menjadi penyeimbang ekosistem alam.
Sebaliknya, jika dikelola dengan buruk maka akan menimbulkan kerusakan
lingkungan.
Oleh karena itu, keberkahan yang dimaksudkan pada ayat di atas
adalah bertambah dan berkembangnya rahmat Allah yang bermanfaat bagi seluruh
makhluk.
b.
بورك: QS. Al-Naml: 8
فَلَمَّا
جَاءَهَا نُودِيَ أَن بُورِكَ مَن فِي النَّارِ وَمَنْ حَوْلَهَا وَسُبْحَانَ
اللَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya: Maka
tatkala dia tiba di (tempat) api itu, diserulah dia: "Bahwa telah
diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu, dan orang-orang yang berada
di sekitarnya. Dan Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam". (QS. Al-Naml: 8).
No.
|
Objek
|
Istilah
|
Referensial
|
Makna Operasional
|
1.[2]
|
Nabi Musa, Malaikat
|
Buurika
|
Cahaya Allah SWT
|
Kebahagiaan
yang dianugerahkan kepada orang yang memiliki keimanan yang kuat, kelebihan
dan keistimewaan tersendiri.
|
Keberkahan yang didapatkan oleh Nabi Musa yang diseru Alah untuk
datang ke sebuah tempat yang ada api dan keberkahan bagi Malaikat yang pada
ayat tersebut dikatakan sebagai orang-orang yang berada disekitar api itu.
Keberkahan itu ditafsirkan al-Tabari berupa cahaya Allah SWT ketika
mengutip hadits dari Qasim: Husain: Abu Sufyan dari Ma’mar dari Hasan:
“Diserulah dia: Bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu
dan orang-orang yang berada disekitarnya. Bahwa maksud ayat tersebut itu adalah
cahaya. Ma’mar berkata: Qatadah menyebutkan bahwa itu adalah cahaya Allah yang
diberkati.
Cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang sembarangan, hanya
orang-orang yang diberikan kelebihan, orang-orang yang memiliki keistimewaan. Sehingga
keberkahan yang dimaksud pada ayat tersebut merupakan kebahagiaan karena nabi
Musa pun mendapatkan keberkahan itu bukanlah sebagai orang yang biasa-biasa
dengan kekuatan keimanan nabi Musa melawan Fir’aun sudah tentu tidak
mengherankan lagi kalau beliau mendapatkan kebahagiaan dengan nur Allah.
c.
تبارك: QS. Al-A’raf: 54,
al-Mu’minun: 14, al-Furqan: 1, 10, 61, Ghofir: 64, al-Zukhruf: 85, al-Rahman:
78, al-Mulk: 1.
ثُمَّ خَلَقْنَا
النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ
عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ
فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
Artinya:
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik. (QS. Al-Mu’minun: 14).
No.
|
objek
|
Istilah
|
Referensial
|
Makna
operasional
|
Allah
|
Tabaaroka
|
Memelihara,
menciptakan dari satu bentuk ke bentuk yang lain secara bertahap hingga
menjadi sempurna/proses penciptaan manusia
|
keagungan dan kemaha tinggian Allah untuk mengurus
makhluk-Nya.
|
Sebagaimana
yang terdapat dalam terjemahan di atas bahwa makna berkah untuk istilah تبارك selalu disandingkan dengan Allah.
Sebagaimana pendapat Ibnu Duraid lafadz تبارك
tidak boleh disandingkan kecuali dengan Allah.
Mengenai makna lafadz
تبارك para ulama berbeda pendapat, ada yang
mengatakan maha tinggi, maha agung, maha suci. Selain itu, Ibnu Anbari
berpendapat bahwa lafadz tersebut digunakan untuk mencari berkah dengan
nama-Nya.
Dengan demikian, berkah yang terkandung dalam ayat
tersebut adalah sebuah keagungan dan kemaha tinggian Allah untuk mengurus
makhluk-Nya.
d.
بركات: QS. Al-A'raf: 96, Hud: 48.
قِيلَ يَا نُوحُ اهْبِطْ بِسَلَامٍ مِّنَّا
وَبَرَكَاتٍ عَلَيْكَ وَعَلَىٰ أُمَمٍ مِّمَّن مَّعَكَ ۚ وَأُمَمٌ سَنُمَتِّعُهُمْ
ثُمَّ يَمَسُّهُم مِّنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ
Artinya: Difirmankan: "Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan
penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari
orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan
pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang
pedih dari Kami". (QS. Hud: 48).
No.
|
Objek
|
Istilah
|
Referensial
|
Makna operasional
|
1.[4]
|
Nabi Nuh dan umatnya
|
barakaatin
|
Keselamatan dari azab
|
Karunia Allah yang diberikan
kepada setiap makhluk atas dasar kemurahan Allah dan kasih sayang Allah.
|
Banyak
sekali keberkahan yang dikaruniakan Allah kepada setiap makhluk-Nya, dengan berbagai bentuk kebaikan/keberkahan. Baik
materi maupun non materi. Salah satunya adalah terhindarnya dari azab atas
karunia Allah.
Keberkahan yang diturunkan Allah pada ayat
ini tidak hanya dirasakan oleh orang yang beriman saja tapi keberkahan ini
dirasakan juga oleh orang yang tidak beriman.
Dengan demikian, keberkahan pada ayat ini
adalah karunia yang diberikan Allah pada setiap makhluk atas dasar kemurahan
Allah dan kasih sayang Allah.
e.
مبارك: QS. Al-An’am: 92, 155, al-Anbiya: 50, Shod: 29
وَهَٰذَا
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ مُّصَدِّقُ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنذِرَ
أُمَّ الْقُرَىٰ وَمَنْ حَوْلَهَا ۚ وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ
يُؤْمِنُونَ بِهِ ۖ وَهُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
Artinya: Dan ini (Al-Quran)
adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab
yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk)
Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang
beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al-Quran) dan
mereka selalu memelihara sembahyangnya. (QS. Al-An’am: 92)
No.
|
Objek
|
Istilah
|
Referensial
|
Makna
operasional
|
Nabi
Muhammad, Penduduk ummul Qura dan penduduk sekitarnya
|
Mubaarok
|
Al-Quran agar
menjadi peringatan
|
Diberikan
keistimewaan
|
Bagi kaum Muslim, suatu petunjuk dari Allah merupakan karunia yang
sangat besar. Pengutusan para Nabi dan Rasulpun merupakan bagian dari karunia
Allah sebagai kasih sayang Allah pada makhluk-Nya didalam mengatur, menjalankan
syariat Allah di muka bumi.
Pada kenyataannya, tidak semua manusia dapat menerima hidayah
Allah. Sehingga banyaknya penyimpangan dalam beribadah, muamalah, syariah dan
lain-lain.
Al-Quran merupakan suatu karunia yang sangat istimewa karena
sebagai kitab penyempurna dan pembenar terhadap kitab-kitab yang telah
diturunkan Allah kepada Rasul-rasul sebelum nabi Muhammad SAW.
Oleh karena itu, keberkahan yang terdapat dalam ayat ini merupakan
dianugerahinya keistimewaan.
f.
مباركة: QS. Al-Nur: 35, 61,
al-Qoshshash: 30, al-Dukhon: 3.
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ
ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ
Artinya: sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan
sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. (QS. Al-Dukhon: 3)
No.
|
Objek
|
Istilah
|
Referensial
|
Makna operasional
|
1.
|
manusia
|
Mubarokat
|
Al-Quran
|
Berlipat gandanya pahala orang yang beribadah karena kebaikan
Allah.
|
Dalam ayat ini, Tuhan menjelaskan bahwa al-Qur'an turun pada malam yang
di"berkah"i (mubarakah). Kata mubarakah dalam ayat ini,
dapat dipahami dengan jelas jika dikaitkan dengan ayat-ayat lain yang berbicara
mengenai masalah yang sama, misalnya ayat 1 surat al-Qadr. Dalam ayat disebut
terakhir ini, Allah menjelaskan bahwa al-Qur'an diturunkan pada malam Qadr.
Pada malam Qadr itu, Allah memberikan nilai pahala yang berlipat ganda
kepada orang yang melakukan ibadah. Nilai ibadah pada malam itu, lebih baik
dari nilai ibadah pada seribu bulan lainnya. Dengan mencari munasabah antara
ayat-ayat seperti ini dapat dipahami bahwa kata mubarakah dalam surat
al-Dukhan ayat 3 merujuk kepada arti kebaikan Tuhan yang diberikan kepada
orang-orang yang beribadah pada malam tersebut, yakni kebaikan yang berlipat
ganda bila dibandingkan dengan pahala ibadah pada malam-malam lainnya.
REFERENSI
Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Katsir. Tafsir
al-Quran al-‘Adzim. (terjemahan: Bahrun Abu Bakar). 2008. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
al-Mahali, Jalaludin dan Jalaludin al-Syuyuthi. Tafsir al-Quran
al-‘Adzim. Al-Haramayn.
Shihab, M. Quraish. Ensiklopedia Al-Quran: Kajian Kosakata.
Jakarta: Lentera Hati. 2007. Jilid I (A-J).
2 Comment for "Makna Al-Barokah (Berkah) : Pendekatan Semantik"
bagus. lanjutkan... mau ngirim tulisan dong.
silahkan, kirim ke email kami...